Tag Archives: Crossmatch (Reaksi Silang Serasi)

Crossmatch (Reaksi Silang Serasi) II

13 Feb

Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor dan Minor Crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima. Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi.

Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37OC. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass.

V.2.1 Reaksi Silang dalam Tabung

Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok.

Tujuan : untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah penerima untuk persiapan transfusi darah.

Alat dan Reagensia :
1. Tabung reaksi 5. Bovine albumin 20%
2. Pipet tetes 6. Mikroskop
3. Sentrifuge 7. NaCl 0,9 %
4. Tabung sentrifuge 8. Serum Coombs

Bahan Pemeriksaan : Serum dan Eryhtrosit 5 %

Teknik Kerja :
a. Pembuatan suspensi Eryhtrosit 5 %
1. Kedalam tabung 12 x 75 mm diisi dengan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5 ml.
2. Tambahkan 5 tetes darah EDTA dan campur.
3. Putar pada sentrifuge pada 1500 rpm selama 5 menit.
4. Cairan dibuang dan pada endapan ditambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5 ml. Campur dan putar lagi, ulangi langkah tadi sebanyak 3 kali.
5. Terakhir pada penambahan NaCl 0,9 % yang ke-4 kalinya sebanyak 5 ml merupakan suspensi eryhtrosit 5 %.

b. Pemeriksaan reaksi silang fase I
1. Sediakan dua buah tabung reaksi kecil dalam rak, yang sebelah kiri untuk mayor test dan sebelah kanan untuk minor test.
2. Tabung kiri diisi dengan 2 tetes serum penerima dan 2 tetes suspensi erythrosit donor 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % dan 2 tetes bovine albumin 20%.
3. Tabung kanan diisi dengan 2 tetes serum donor dan 2 tetes suspensi erythrosit penerima 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % 2 tetes bovine albumin 20%.
4. Masing-masing tabung dicampur dan diputar disentrifuge pada 1000 rpm selama 1 menit.
5. Goyangkan hati-hati dan periksa adanya aglutinasi dan hemolisis.
6. Bila hasil Mayor dan minor negatif, pemeriksaan dilanjutkan ke fase II
7. Bila hasil Mayor dan minor positif, pemeriksaan tidak dilanjutkan (tidak cocok)

c. Crossmatch Fase II
1. Tabung tadi diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit
2. Putar selama 1 menit pada 1000 rpm disentrifuge.
3. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahan-lahan sama dengan fase I, bila negatif dilanjutkan ke fase III

d. Crossmatch Fase III
1. Sel darah merah dicuci dengan NaCl 0,9% 3-4 kali
2. Tambahkan 2 tetes serum Coombs pada kedua tabung mayor dan Minor test.
3. Putar pada sentrifuge 1000 rpm selama 1 menit.
4. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahan-lahan sama dengan fase I secara makroskopis.

Penafsiran :
 Bila aglutinasi dan hemolisis negatif (-) maka darah dapat ditransfusikan
 Bila aglutinasi dan hemolisis positif (+) maka darah tidak dapat ditransfusikan (tidak cocok)

Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang relevam secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan.

Uji saring terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.

Pemeriksaan Crossmatch di UTD dan BDRS saat ini menggunakan metode gel dalam cup kecil yang lebih mudah dan praktis, metode ini telah menggantikan metode tabung yang lebih sulit dan memerlukan banyak peralatan untuk pemeriksaan. Namun begitu metode tabung yang saat ini telah menggunakan teknik yang lebih ketat yaitu menggunakan beberapa fase pemeriksaan dan medium pemeriksaan yang lebih banyak, misal menggunakan bovine albumin, serum coombs dan inkubasi pada suhu 37°C yang akan menambah sensitivitas pemeriksaan.